BAB
9
Alat Pengumpulan Data
Alat Pengumpulan Data
A.
MENGENAL
ALAT PENGUMPULAN DATA
Untuk menjawab problematika penelitian
dalam mencapai tujuan dan membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan dalam
rancangan penelitian, diperlukan data. Untuk memperoleh data, seorang peneliti
biasanya menggunakan instrumen mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan
suatu skala/instrumen pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting
karena kondisi data tergantung alat (instrumen) yang dibuat.
Tabel 9.1
Pasangan metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No
|
Jenis
Metode
|
Jenis
Instrumen
|
1
|
Angket
(questionnaire)
|
Angket,
Check list (daftar cocok), Skala (scale), inventori (inventory)
|
2
|
Wawancara
(interview)
|
Pedoman
wawancara (interview guide), check list (daftar cocok)
|
3
|
Pengamatan
(observasi)
|
Lembar
pengamatan (obsevation sheet), panduan pengamatan, panduan observasi
(observation schedule), daftar cocok
|
4
|
Tes
|
Soal
tes, inventory
|
5
|
Dokumentasi
|
Check
list (daftar cocok), tabel
|
1.
Angket
Angket
merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar
orang yang diberi angket tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan
permintaan. Angket dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
a. Angket
tertutup
Angket yang disajikan dengan serangkaian
alternatif, sedangkan responden cukup memberi tanda silang, melingkar, ataupun
mencentang (sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan keadaan
dirinya.
b. Angket
terbuka
Angket yang disajikan dalam bentuk
pertanyaan dan responden dipersilahkan untuk menuliskan jawaban sesuai dengan
dipiirkan dan dirasakannya sendiri
c. Angket
campuran
Gabungan angket terbuka dan angket
tertutup (semi terbuka, semi tertutup)
2.
Daftar Cocok (Check List(
Merupakan
angket yang respondennya hanya memberi tanda cek () atau silang (X) di kolom
yang telah disediakan.
3.
Skala
Skala
merupakan instrumen yang berbentuk hampir sama dengan daftar cocok atau angket
tertutup, namun alternatif jawabannya merupakan perjenjangan.
B. TEKNIK OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan
aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Pengamatan
dapat dilakukan secara terlibat (partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Untuk
menyempurnakan aktifitas pengamatan partisipan, peneliti harus mengikuti
kegiatan keseharian yang dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan
apa yang terjadi, mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan informasi
yang menarik, dan mempelajari dokumen yang diteliti.
Karena dalam proses observasi yang dilaksanakan
dilapangan mungkin saja tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, dalam
kegiatan observasi ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dilakukan oleh para
observer, yaitu:
1. Carilah
terlebih dahulu informasi selengkap-lengkapnya tentang hal-hal yang hendak
diobservasi.
2. Pahami
tujuan-tujuan umum dan khusus penelitian yang sedang dilaksanakan, fokus
penelitian, pertanyaan penelitian, baru kemudian tentukan materi atau objek
yang hendak diobservasi.
3. Terkait
dengan butir no 2 diatas, batasi ruang lingkup serta materi atau objek yang
ingin diobservasi agar tidak melebar.
4. Catatlah
hasil observasi sedetail mungkin
Dalam
melaksanakan obsevasi, ada empat pola yang dpat dilakukan, yaitu:
1.
Pengamatan
Secara Langsung
Pengamat (observer) menjaadi anggota
masyarakat yang diamati secara penuh. Dengan begitu observer dapat menyatu dan
menjadi bagian masyarakat yang sedang diamati.
2.
Pemeran
Serta Sebagai Pengamat
Peneliti tidak sepenuhnya sebagai
pemeran serta (tidak menjadi anggota), namun masih tetap melaksanakan proses
pengamatan.
3.
Pengamatan
Sebagai Pemeran Serta
Peranan pengamat secara terbuka
dilakukan oleh seluruh subjek, bahkan
mungkin pengamat didukung oleh subjek.
4.
Pengamatan
Penuh
Peneliti dengan bebas melaksanakan
proses pengamatan tanpa diketahui oleh subjek yang sedang diamatinya. Peneliti
akan menjaga jarak agar identitas dirinya sebagai peneliti tidak diketahui oleh
objek yang sedang diamatinya.
Hal-hal
yang harus dialkukan yang berkaitan dengan pencapaian reliabilitas adalah:
1. Melakukan
pengamatan secara sistematis
2. Melakukan
pengamatan secara berulang untuk objek yang sama
3. Melakukan
kombinasi pengamatan dalam situasi yang berbeda sehingga diperoleh akumulasi
pemahaman seakurat-akuratnya tentang objek yang diamati.
Dan hal lain yang perlu diingat peneliti
adalah jangan terlalu dini untuk menyimpulkan makna sebuah perilaku yang
ditampilkan informan pada awal pertemuan. Jika pada awal pertemuan peneliti
sudah menyimpulkan, dikhawatirkan informasi tersebut hanya sekedar permukaan
saja bukan informasi yang sebenarnya yang ingin diungkap dalam penelitian.
C.
TEKNIK
WAWANCARA
Model wawancara yang dapat dilakukan
dapat meliputi wawancara tak berencana yang berfokus dan wawancara sambil lalu.
Wawancara tak berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu. Wawancara
sambil lalu adalah wawancara yang dituju pada
dijumpai secara kebetulan (koentjaraningrat, 1986; danandjaja, 1988).
Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah
pertanyaan melingkupi beberapa hal antara lain:
1) Apa
(apa yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan, apakah hal itu merupakan
peristiwa ruti, apa makna hal itu bagi si pelaku)
2) Siapa
(siapa yang terlibat, ciri-ciri sosial pelaku, peran yang dimainkan, bagaimana
seseorang sampai terlibat, dasar penerimaan kelompok, siapa pemimpinnya)
3) Kapan
(kapan kejadian berlangsung, hubungan kejadian satu dengan kejadian yang lain,
apa yang menyebabkan hal itu muncul)
4) Di mana
(dimana itu terjadi, dalam setting sosial, budaya, ekonomi, politik yang
bagaimana, mungkinkah terjadi di tempat lain)
5) Mengapa
(mengapa terjadi, apa faktor penyebabnya)
6) Bagaimana
(bagaimana kejadian itu berlangsung dan bagaimana kejadian itu dihubungkan
dengan kejadian lain).
Dalam proses penelitian dilapangan
pertanyaan –pertanyaan tersebut bersifat fleksibel dan dapat dikembangkan
sesuai dengan kebutuhan peneliti.
1.
Etika
Wawancara
Dalam
melakukan wawancara seorang peneliti harus memahami kaedah-kaedah masyarakat
atau etika yang dianut dalam masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Untuk
itu seorang peneliti harus memahami etika-etika dalam melakukan wawancara,
antara lain:
a. Memberi
Tahu Topik Penelitian
b. Melindungi
Identitas Subjek (informan)
c. Menghormati
Hal-hal yang Dianggap “Tabu”
d. Memahami
Bahasa dan Budaya Informan
e. Gunakan
penerjemah (Intepreter)
f. Informan
sebagai Pemandu Peneliti
g. Memerhatiakn
Penampilan Diri
h. Tidak
Menjelaskan Secara Detail kepada Informan
i.
Tidak Mengalihkan Fokus Pembicaraan
j.
Harus Bersikap Netral
k. Memosisikan
Informan sebagai yang Paling Tahu
l.
Ikuti Pandangan dan Pemikiran Informan
2.
Jenis
Wawancara
Wawancara
dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu:
a. Wawancara
Terstruktur
b. Wawancara
Tidak terstruktur
c. Wawancara
Kelompok
d. Wawancara
Begender
e. Wawancara
Berbingkai (Framing)
f. Wawancara
Interpreting
D.
FOKUS
GROUP DISCUSSION
Focus Group Discussion (FGD) yaitu
Diskusi Kelompok Terfokus dirancang untuk melakukan pengumpulan data dengan
menggunakan sebuah forum diskusi dengan tema-tema yang telah dipersiapkan sejak
awal oleh peneliti. Tujuan utama diskusi terfokus ini adalah mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang satu tema yang dijadikan fokus penelitian.
Dalam pelaksanaan FGD, peneliti harus
terlebih dahulu menyiapkan tentang tema-tema yang akan didiskusikan dan alat
perekam yang akan digunakan. Berikut prosedur pelaksanaan FGD:
1. Pendahuluan
a. Langkah-langkahnya
adalah mengucapkan terima kasih kepada para peserta yang hadir dan telah
meluangkan waktunya
b. Kemudian
memperkenalkan diri dan personel yang menyertainya beserta memperkenalkan
masing-masing peserta
c. Dan
terakhir mengingatkan para peserta akan kepentingan peran peserta masing-masing
individu.
2. Pelaksanaan
Kegiatan
a. Memulai
dengan mengungkapkan dalam diskusi tema yang akan dibicarakan yang ttelah
disiapkan sejak awal.
b. Menyampaikan
kepada peserta bahwa peneliti begitu tertarik dengan pendapat, saran, komentar,
dan ide para peserta tentang topik itu.
c. Menyampaikan
bahwa sanya pasti akan ada perbedaan pandangan antara peserta dan itu
siperbolehkan di antara peserta diskusi
d. Menyampaikan
bahwa setiap peserta boleh langsung mengemukakan pendapatnya tanpa harus
menunggu giliran
e. Ada
kemungkinan bahwa topik diskusi berkembang pada hal-hal yang berhubungan dengan
topik utama
f. Menyampaikan
pada audiens bahwa jika satu topik telah selesai dibicarakan, diskusi akan
dilanjutkan ke topik berikutnya.
3. Materi
Diskusi
Materi
yang disajikan dirancang terlebih dahulu sejak awal. Sebagai bahan masukan,
materi yang didiskusikan dapat dibagi dalam tiga bagian.
4. Penutup
Diskusi
Menyampaikan
hasil ringkasan diskusi dan hal-hal penting selama proses diskusi berlangsung.
Moderator atau peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi para informan
atau peserta diskusi yang hadir dan berpartisipasi.
E. HUMAN INSTRUMENT
Dalam penelitian kualitatif dikenal
istilah human instrument yang berarti si peneliti sendiri yang bertindak selaku
instrumen penelitian. Berhasil atau tidaknya penelitian ini lebih tergantung
pada kemampuan peneliti dalam pengumpulkan data.
Kelemahan metode ini adalah peneliti
tidak dapat berada pada dua situasi berbeda, terlebih jika situasi tersebut
sangat penting bagi peneliti yang sedang dilaksanakan. Bisa saja peneliti minta tolong kepada
temennya tetapi perbedaan orang yang mengambil data akan menyebabkan perbedaan
dalam memahami atau memaknai data yang sedang diteliti.
tolong masukkan Referensinya juga
BalasHapusterima kasih cukup membantu
BalasHapus